Rabu, 23 Maret 2016

PROFIL TEATER ESKA



PROFIL TEATER ESKA


A.    SEJARAH TEATER ESKA
Teater  ESKA merupakan kelanjutan dari Kelompok Seni Ushuluddin (yang dimotori oleh Babe Rahmatullah, Dedi Hilman Harun, Sholihin Watimena, Fahruddin Pasya dll). ESKA merupakan akronim fonologis dari Sunan Kalijaga. Jadi penyebutan  Teater ESKA sama artinya dengan mengucapkan Teater Sunan Kalijaga. Pada tahun 1980, kelompok seni ushuluddin bergabung dengan Khusnul Muharrom (Cak Ayom, Fak Adab),  Sunu Andi Purwanto (Sunu AP, Fak Tarbiyah), Sumanto (Fak. Ushuluddin), As’ad Abu Hasan (Fak. Syariah) dll.  membubarkan KSU dan mendirikan lembaga seni institut dengan nama TATER ESKA. Pendirian teater ESKA ini ditandai dengan pentas drama “Kesadaran Yang Kembali” pada 18 Oktober 1980. Pendirian teater ESKA ini juga didukung oleh dosen muda (pada waktu itu) seperti Bahrum Bunyamin, Taufik A Dardiri, dan dosen senior sepeti Muin Umar dan Zaini Dahlan dll. 

Sebagai lembaga kesenian tingkat institut, teater ESKA berusaha keras (melakukan perlawanan, karena banyak dosen dan birokrat yang tidak setuju) untuk diakui sebagai lembaga formal di lingkungan kampus. Kemudian turunlah SK Rektor th 1982, bahwa teater ESKA merupakan lembaga kesenian istitut yang berafiliasi dengan lembaga P3M (Pusat Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat).
Pada 1989-1990-an, terjadi perombakan Senat Mahasiswa di perguruan tinggi, sebagai dampaknya (dengan berbagai pertimbangan organisatoris) teater ESKA menerima/menyetujui SK Rektor baru yang  menunjuk lembaga teater ESKA sebagai UKM. Meski secara administratif ditunjuk sebagai UKM, teater ESKA tetap bersikap independen dan tidak terikat dengan kebijakan Dewan/Senat mahasiswa maupun kebijakan kampus.

B.     TEATER ESKA DAN KEGIATAN SENI DI IAIN
Lahirnya teater ESKA secara tidak langsung juga didorong oleh berbagai bentuk pemikiran dan kegiatan seni di IAIN yang telah berlangsung sebelum maupun sesudahnya. Antara lain oleh adanya berbagai kelompok/seniman yang melakukan pementasan seni (musik, sastra dan teater) di kampus IAIN pada tahun 70-an, seperti Pembacaan puisi Umbu Landu Paranggi; Rendra; Badjuri Abdullah Yusro; serta seniman IAIN Sunan Kalijaga seperti Masbuchin, Subah Asa; Faisal Ismail; Daelan M Danuri dll.

Dalam konteks pemikiran, dapat juga disebutkan antara lain oleh pernyataan Mukti Ali bahwa selayaknya IAIN Sunan Kalijaga menjadi pusat kebudayaan Islam; Diskusi pada akhir 70-an yang dilaksanakan oleh P3M yang membahas tentang “Seni sebagai media penghayatan agama”. Disamping itu, juga diselenggarakanya ceramah apresiasi seni  dalam ospek, dan kuliah yang sama di Fakultas Tarbiyah oleh tokoh seniman Yogya seperti Pedro Sudjono, Azwar AN dan Amri Yahya. Dan tentu juga oleh adanya Kelompok Gambus Al-Jamiah (Induk UKM Orkes Gambus Al-Jamiah)
 
Dalam bidang sastra, dorongan itu lahir dari Majalah Arena, yang pada akhir 70 sampai awal 80-an telah dianggap sebagai media sastra yang representatif, bahkan juga menerbitkan beberapa antologi puisi. Yang kemudian melahirkan sastrawan kampus seperti Thoha Masruh Abdillah, Matzani Anwar, Andi Muarly Sunrawa, Bahrum Bunyamin, Salim Belapilli, Jujuk Juwariyah, Arifin Junaidi dll.

Pada pertengahan 80-an, eksistensi Teater ESKA juga disemangati oleh berdirinya Kelompok Sastra Syauqy (Fak Adab) yang dimotori oleh Kelik Nugroho, Syamsuri Ali Handrian dan Juftazani. Dan pada 90-an lahir juga Kelompok Teater Cordova (Fak Dakwah), Sanggar Nuun (Fak Adab), Teater Bumi (Kelompok demokrasi kampus), PSM, Al Mizan dll.

C.    ORIENTASI (VISI DAN MISI) TEATER ESKA
Sesuai dengan pemikiran dan praktek yang dijalankan selama ini, teater  ESKA telah Mengembangkan orientasinya secara eksplisit sebagai berikut:
-          Sebagai media kritik internal kampus.
-          Sebagai media dakwah
-          Sebagai lembaga seni hikmah
-          Sebagai lembaga seni profetik
Orientasi, visi dan misi teater ESKA dalam kemungkinan yang terakhir itu, dapat dinyatakan secara redaksional sebaga berikut: (orientasi: humanisasi) Menggali dan mewujudkan seni Islam secara progresif. Memberikan alternatif bentuk kesenian (teater, sastra dan musik) di tengah masyarakat. (visi: liberasi) Membebaskan umat dari berbagai bentuk penindasan fisikal maupun metafisikal.  (misi: transendensi) Mendampingi, mendorong, meningkatkan kualitas pemikiran dan penghayatan spiritualitas umat dalam beragama dan berbudaya.

D.    AKTIVITAS TEATER ESKA
Aktivitas atau kegiatan teater ESKA secara umum dapat dikelompokkan ke dalam bentuk.
1.      Aksi Seni (performance action).
Aksi Seni menunjuk pada berbagai bentuk Pementasan yang telah diprogramkan.  Bentuk pementasan ini dapat dikelompokkan menjadi:
Ø  Pentas produksi (31 pementasan)
Ø  Pentas musik (10 pementasan)
Ø  Pentas sastra / tadarrus puisi (17 pementasan)
Ø  Studi Pentas (20 pementasan)
Ø  Pentas ulang tahun (5 pementasan)
Ø  Pentas kolaborasi/pentas bersama (25 pementasan)
2.      Aksi Wacana (appreciation action).
Aksi wacana menunjuk pada berbagai bentuk kegiatan yang telah diprogram maupun yang bersifat temporal untuk meningkatkan kualitas pemikiran dan apresiasi seni anggota Teater ESKA, seperti mengikuti pertemuan teater kampus maupun non kampus, diskusi seni; pesantren seni; bedah buku; penerbitan buku antologi; menulis di koran; mengundang teater kampus Yogya (27 teater) dan membentuk FKPTK (Forum komunikasi dan pengembangan teater kampus, pada tahun 95) dll.

3.      Aksi Budaya (cultural action).
Aksi budaya menunjuk pada keterlibatan Teater ESKA dalam kegiatan-kegiatan seni-budaya di tengah masayarakat yang bersifat temporal, seperti; baca puisi bebas; pentas dalam rangka mengisi acara yang dilaksanakan oleh Teater ESKA sendiri, atau lembaga lain baik dipesan atau dengan sukarela; menjadi panitia kegiatan festival seni, menerima tamu/ menjadi panitia pementasan kelompok teater/ seni di UIN atau ditempat lain dsb; menjadi pendamping kegiatan seni; menjadi juri lomba, panitia ospek dll; pentas pendek di hadapan mahasiswa baru; happening art dll.

CP : 085786585863 (Ilham)
FB : Teater Eska

Tidak ada komentar:

Posting Komentar