PROFIL TEATER
ESKA
A.
SEJARAH
TEATER ESKA
Teater ESKA merupakan kelanjutan dari Kelompok Seni
Ushuluddin (yang dimotori oleh Babe Rahmatullah, Dedi Hilman Harun, Sholihin
Watimena, Fahruddin Pasya dll). ESKA merupakan akronim fonologis dari Sunan
Kalijaga. Jadi penyebutan Teater ESKA
sama artinya dengan mengucapkan Teater Sunan Kalijaga. Pada tahun 1980,
kelompok seni ushuluddin bergabung dengan Khusnul Muharrom (Cak Ayom, Fak
Adab), Sunu Andi Purwanto (Sunu AP, Fak
Tarbiyah), Sumanto (Fak. Ushuluddin), As’ad Abu Hasan (Fak. Syariah) dll. membubarkan KSU dan mendirikan lembaga seni
institut dengan nama TATER ESKA. Pendirian teater ESKA ini ditandai dengan
pentas drama “Kesadaran Yang Kembali” pada 18 Oktober 1980. Pendirian teater
ESKA ini juga didukung oleh dosen muda (pada waktu itu) seperti Bahrum Bunyamin,
Taufik A Dardiri, dan dosen senior sepeti Muin Umar dan Zaini Dahlan dll.
Sebagai lembaga
kesenian tingkat institut, teater ESKA berusaha keras (melakukan perlawanan,
karena banyak dosen dan birokrat yang tidak setuju) untuk diakui sebagai lembaga
formal di lingkungan kampus. Kemudian turunlah SK Rektor th 1982, bahwa teater
ESKA merupakan lembaga kesenian istitut yang berafiliasi dengan lembaga P3M
(Pusat Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat).
Pada 1989-1990-an,
terjadi perombakan Senat Mahasiswa di perguruan tinggi, sebagai dampaknya
(dengan berbagai pertimbangan organisatoris) teater ESKA menerima/menyetujui SK
Rektor baru yang menunjuk lembaga teater
ESKA sebagai UKM. Meski secara administratif ditunjuk sebagai UKM, teater ESKA
tetap bersikap independen dan tidak terikat dengan kebijakan Dewan/Senat
mahasiswa maupun kebijakan kampus.
B.
TEATER
ESKA DAN KEGIATAN SENI DI IAIN
Lahirnya teater ESKA
secara tidak langsung juga didorong oleh berbagai bentuk pemikiran dan kegiatan
seni di IAIN
yang telah berlangsung sebelum maupun sesudahnya. Antara lain oleh adanya
berbagai kelompok/seniman yang melakukan pementasan seni (musik, sastra dan
teater) di kampus IAIN
pada tahun 70-an, seperti Pembacaan puisi Umbu Landu Paranggi; Rendra; Badjuri
Abdullah Yusro; serta seniman IAIN
Sunan Kalijaga seperti Masbuchin, Subah Asa; Faisal Ismail; Daelan
M Danuri dll.
Dalam konteks
pemikiran, dapat juga disebutkan antara lain oleh pernyataan Mukti Ali bahwa
selayaknya IAIN Sunan Kalijaga menjadi pusat kebudayaan Islam; Diskusi pada
akhir 70-an yang dilaksanakan oleh P3M yang membahas tentang “Seni sebagai
media penghayatan agama”. Disamping itu, juga diselenggarakanya ceramah
apresiasi seni dalam ospek, dan kuliah
yang sama di Fakultas Tarbiyah oleh tokoh seniman Yogya seperti Pedro Sudjono,
Azwar AN dan Amri Yahya. Dan tentu juga oleh adanya Kelompok Gambus Al-Jamiah (Induk UKM Orkes Gambus Al-Jamiah)
Dalam bidang sastra,
dorongan itu lahir dari Majalah Arena, yang pada akhir 70 sampai awal 80-an
telah dianggap sebagai media sastra yang representatif, bahkan juga menerbitkan
beberapa antologi puisi. Yang kemudian melahirkan sastrawan kampus seperti
Thoha Masruh Abdillah, Matzani Anwar, Andi Muarly Sunrawa, Bahrum Bunyamin,
Salim Belapilli, Jujuk Juwariyah, Arifin Junaidi dll.
Pada pertengahan 80-an,
eksistensi Teater ESKA juga disemangati oleh berdirinya Kelompok Sastra Syauqy
(Fak Adab) yang dimotori oleh Kelik Nugroho, Syamsuri Ali Handrian dan
Juftazani. Dan pada 90-an lahir juga Kelompok Teater Cordova (Fak Dakwah),
Sanggar Nuun (Fak Adab), Teater Bumi (Kelompok demokrasi kampus), PSM, Al Mizan
dll.
C.
ORIENTASI
(VISI DAN MISI) TEATER ESKA
Sesuai dengan pemikiran
dan praktek yang dijalankan selama ini, teater
ESKA telah Mengembangkan orientasinya secara eksplisit sebagai berikut:
-
Sebagai media
kritik internal kampus.
-
Sebagai media
dakwah
-
Sebagai lembaga
seni hikmah
-
Sebagai lembaga
seni profetik
Orientasi, visi dan
misi teater ESKA dalam kemungkinan yang terakhir itu, dapat dinyatakan secara
redaksional sebaga berikut: (orientasi: humanisasi) Menggali dan mewujudkan
seni Islam secara progresif. Memberikan alternatif bentuk kesenian (teater,
sastra dan musik) di tengah masyarakat. (visi: liberasi) Membebaskan umat dari
berbagai bentuk penindasan fisikal maupun metafisikal. (misi: transendensi) Mendampingi, mendorong,
meningkatkan kualitas pemikiran dan penghayatan spiritualitas umat dalam
beragama dan berbudaya.
D.
AKTIVITAS
TEATER ESKA
Aktivitas atau kegiatan
teater ESKA secara umum dapat dikelompokkan ke dalam bentuk.
1.
Aksi
Seni (performance action).
Aksi Seni menunjuk pada
berbagai bentuk “Pementasan”
yang telah diprogramkan. Bentuk
pementasan ini dapat dikelompokkan menjadi:
Ø Pentas
produksi (31 pementasan)
Ø Pentas
musik (10 pementasan)
Ø Pentas
sastra / tadarrus puisi (17 pementasan)
Ø Studi Pentas (20 pementasan)
Ø Pentas
ulang tahun (5 pementasan)
Ø Pentas
kolaborasi/pentas bersama (25 pementasan)
2.
Aksi
Wacana (appreciation action).
Aksi wacana menunjuk
pada berbagai bentuk kegiatan yang telah diprogram maupun yang bersifat
temporal untuk meningkatkan kualitas pemikiran dan apresiasi seni anggota
Teater ESKA, seperti mengikuti pertemuan teater kampus maupun non kampus,
diskusi seni; pesantren seni; bedah buku; penerbitan buku antologi; menulis di
koran; mengundang teater kampus Yogya (27 teater) dan membentuk FKPTK (Forum
komunikasi dan pengembangan teater kampus, pada tahun 95) dll.
3.
Aksi
Budaya (cultural action).
Aksi budaya menunjuk
pada keterlibatan Teater ESKA dalam kegiatan-kegiatan seni-budaya di tengah
masayarakat yang bersifat temporal, seperti; baca puisi bebas; pentas dalam
rangka mengisi acara yang dilaksanakan oleh Teater ESKA sendiri, atau
lembaga lain baik dipesan atau dengan sukarela; menjadi panitia kegiatan
festival seni, menerima tamu/ menjadi panitia pementasan kelompok teater/ seni
di UIN atau ditempat lain dsb; menjadi pendamping kegiatan seni; menjadi juri
lomba, panitia ospek dll; pentas pendek di hadapan mahasiswa baru; happening
art dll.
CP : 085786585863 (Ilham)
FB : Teater Eska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar